The Chronicles of Porkah Chapter 3 - Mynhemeni


Cahaya transparan dengan proyeksi gambar menampilkan adegan Cakra yang baru saja  terjatuh lemas, seorang pria dengan tubuh besar, berwajah sadis dengan bekas luka berbentuk garis sepanjang lima sentimeter dan lebar satu senti meter, yang dikelilingi rambut tebal nan keriting, mencoba menganalisa semua pergerakkan tubuh Cakra berikut kalimat yang keluar dari mulutnya. 

Ia teryakinkan bahwa apa yang dikatakan Cakra bukanlah suatu kebohongan. 

Pria tersebut berada di sebuah ruangan berbentuk segi enam dengan luas tujuh meter persegi bersama lima orang lainnya yang merupakan rekan kerjanya. 

Masing-masing dari mereka menghadap proyeksi gambar bergerak yang dihasilkan cahaya transaparan tersebut, cahaya itu selalu mengikuti kemana arah pandang mereka, seakan seperti anak anjing yang selalu mengikuti kemana tuannya pergi, minta diperhatikan. 

Ukuran dari cahaya tersebut juga beragam, dengan tampilan gambar bergerak yang berbeda-beda. 

Ada yang memperhatikan seekor binatang seperti ikan dengan ekor buaya, ada pula yang memperhatikan proyeksi gambar bangunan indah nampak futuristik, dan beberapa bangunan lain tak kalah indahnya yang menyatu dengan tebing bebatuan. 

Semua tampak serius memperhatikan proyeksi gambar. 

Bahkan proyeksi tersebut tidak hanya menampilkan pada satu sisi saja dari sebuah objek melainkan seluruh sudut dapat diamati, layaknya hologram tiga dimensi dengan resolusi yang sangat jernih, bahkan lebih jernih dari pada pandangan manusia, dan anehnya proyeksi tersebut hadir tanpa adanya alat yang memancarkannya. 

Adapun adegan dalam setiap proyeksi itu dapat berubah otomatis sesuai kehendak orang yang dihadapannya, tanpa harus mengoperasikannya, seakan-akan cahaya gambar bergerak itu terhubung langsung dengan pemikiran orang-orang di hadapannya. 

Pria dengan tubuh besar masih memperhatikan Cakra dari segala sudut dengan adegan yang silih berganti, seolah-olah seluruh kejadian interogasi kilat yang dialami Cakra merupakan tayangan sebuah film yang dapat dimaju-mundurkan sesuka hati. 

Bebarapa kali ia menggosok hidungnya sambil menggelengkan kepala seakan tidak percaya dengan pemikirannya sendiri, hingga ia dikejutkan oleh suara berat yang tiba-tiba menepuknya. 

"Gimana? Sudah bisa kamu analisa?" suara tersebut berasal dari seorang wanita yang tampak seperti baru memasuki usia dua puluh tahun, wajahnya oval dengan dagu sedikit runcing, kulitnya secerah mutiara, bibirnya tipis bergelombang menampilan sisi seksi dari wajahnya yang tampak polos, matanya bulat dihiasa bulu mata lentik panjang tebal seakan terbubuhi maskara berkali-kali. 

Rambutnya berwana merah kecoklatan nampak tipis namun rimbun terurai. 

Ia mengenakan pakaian yang tidak begitu berbeda dengan pria bertubuh besar, yaitu balutan busana biru tua yang terbuat dari semacam plastik, busana itu seakan menempel pada tubuhnya namun masih memberikan sedikit ruang bagi setiap kulitnya untuk bernafas, busana itu juga seperti tidak ada kancing seakan baju tersebut dapat terpasang dan terlepas dari tubuh penggunanya secara otomatis. 

Namun yang membedakan dari busana wanita berkulit cerah dengan pria bertubuh besar adalah terdapat pada bagian tengah yang bercahaya seperti layar namun tidak menyatu dengan busana, layar itu menampilkan identitas sang wanita sebagai Komandan Analis Distrik Nor, sedangkan pada layar identitas sang pria bertuliskan Analis Tingkat Tiga Distrik Nor.

"Bebelum komandan!" jawab pria bertubuh besar sedikit terbata-bata, terkejut dengan kehadiran sang komandan secara tiba-tiba.

"Aneh... sejauh ini apa pendapatmu?" ucap wanita itu sambil menyentuh cahaya tersebut, adegan semula menampakkan Cakra memberontak mencoba melepaskan rantai yang mengikat pergelangan tangannya kini berubah menjadi adegan saat Cakra menghantam karang, dan karang tersebut seketika larut dalam ombak. 

Selang berapa detik adegan berganti menjadi siluet seseorang dengan kepala bertanduk rusa yang berkobar serta memegang sabit panjang. 

"Biasanya manusia melihat sesosok perempuan dengan pakaian berwarna hijaukan?" tanya si komandan memastikan tanpa menoleh kepada pria bertubuh besar, wajahnya masih sibuk menganalisa dari setiap pancaran gambar yang diproyeksikan oleh cahaya tersebut. 

"Betul komandan! Semua manusia yang hanyut dan berhasil kita selamatkan diwilayah lima belas derajat koma tiga puluh Nor Utara akan melihat proyeksi wanita cantik berpakaian hijau, kadang mereka juga melihat wanita itu berada di kereta kencana Komandan! Tapi yang dilihat oleh anak itu berbeda, hampir mendekati penampilan kita saat berpatroli..." 

".....bahkan dia juga melihat jelas kapal kita. Makanya Letnan Rihum membawanya ke kantor, karena anak ini bukan manusia pada umumnya. Ada indikasi bahwa anak ini bukan dari planet Bumi!" jelas sang pria tubuh besar secara detail yang tentunya sudah diketahui olehnya.

Sang komandan cantik berlalu mundur dan menyuruh pria tubuh besar untuk mengambil alih komando proyeksi Cakra, setelah itu ia berjalan menuju pada dinding besi satu-satunya di ruangan itu, dinding tersebut tiba-tiba bergerak turun seakan dimakan oleh lantai yang juga berlapis besi hitam pekat. 

Ia keluar dari ruangan tersebut lalu berdiri sejenak di depan pintu besi, tiba-tiba dari arah bawah pijakan kakinya, sepetak besi dengan lebar yang dapat menampung orang berbadan besar untuk duduk di atasnya, bergerak keatas tanpa meninggalkan bekas, seakan sepetak besi tersebut dapat memecah dirinya, sehingga lantai besi itu tidak terlihat cacat, tidak meninggalkan bekas satu petakan kecil yang tercongkel paksa. 

Kemudian petakan besi tersebut melaju kencang membawa tubuh sang komandan melayang lembut menyusuri lorong dengan kecepatan dua puluh kilometer perjam. 

Beberapa kali petakan tersebut membawanya melewati ruangan tanpa pemisah, dan beberapa kali juga ia melewati ruangan dengan berbagai macam ukuran, berbagai macam warna dinding, dan berbagai macam warna pintu besi. 

Ia beberapa kali melewati orang-orang yang juga melayang di atas petakan kecil dengan berbagai jenis ukuran, bahkan yang berukuran besar yang dapat menampung hingga tujuh orang sekaligus, sampai-sampai mengharuskannya berhenti sesaat. 

Ada juga yang sengaja berhenti untuk mempersilakan dirinya melaju terlebih dahulu, dan tidak jarang juga ia melewati beberapa orang dengan melayang lebih tinggi hingga melaju melewati kepala orang yang berada di hadapannya. 

Karena alasan itulah mengapa bangunan teresebut mempunyai langi-langit yang tingginya mencapai lima meter dari dasar lantai. 

Begitu akhirnya petakan yang ditumpangi komandan cantik berhenti di depan dinding berwarna kuning terang dan membawanya turun, petakan tersebut seakan menyatu dengan lantai dan berubah menjadi warna peach pastel menyesuaikan warna lantai yang ada di depan dinding warna kuning tersebut. 

Saat lantai sudah menyatu, dari dinding kuning muncul hologram kecil wanita muda yang tidak jauh umurnya dengan sang komandan, wanita tersebut berambut ikal yang diikat kebelakang layaknya ekor kuda, membiarkan kumpulan rambut ikalnya jatuh di atas pundaknya.

"Selamat Siang Nyonya Mynhemeni, Ketua Thungsiruv sudah menanti Anda, silakan masuk," seketika wanita tersebut lenyap dan dinding berwarna kuning di hadapan Nyonya Mynhemeni terjadi pergerakkan dari satu titik di tengah-tengah dinding tersebut yang kemudian bergerak teratur dengan cepat, menjauhi titik tersebut untuk bergerak melingkar seperti cara kamera membuka dan menutup lensanya. 

Kini dihadapannya dinding tersebut terdapat lubang bundar sempurna, namun dari lubang itu tidak menampilkan isi ruangan tersebut malainkan seperti gelombang air berwarna putih kebiruan. 

Gelombang air itu seakan berfungsi sebagai penghalang agar orang dari luar tidak dapat mengintip apa yang terjadi di dalam ruangan saat pintu terbuka. 

Dengan langkah pelan Mynhemeni mamasukkan tubuhnya ke gelombang air putih kebiruan dan seketika lubang tersebut menyusut kembali menjadi dinding padat begitu ia sudah berada di ruang kerja Ketua Thungsiruv. 

Ruangan itu berbentuk persegi panjang, luasnya tidak lebih dar delapan meter persegi. Di ujung lubang gelombang air terdapat meja kerja besar setengah melingkar yang terbuat dari semacam batu namun memaparkan cahaya lembayung redup pada setiap pinggirannya seakan memamerkan betapa mewahnya ia. 

Tepat di belakang meja mewah itu terdapat jendela bening seakan tanpa penghalang menampilkan pemandangan laut yang penuh akan terumbu karang. 

Pada beberapa terumbu karang yang menjulang terdapat jendela-jendela  seakan terumbu karang tersebut adalah sebuah bangunan tiggi pencakar langit. 

Ada juga beberapa bangunan tinggi yang menempel pada tebing-tebing tinggi, dengan gaya artsitektur melebihi modern, terdapat beberapa tiang-tiang kecil yang meghubungkan satu gedung ke gedung lain yang dilewati oleh kotak besi yang melaju dengan kecepatan tinggi. 

Selain itu terdapat pula beberapa jenis hewan  yang tidak pernah dijumpai oleh manusia di daratan bumi berlalu-lalang, berserakan di luar sana, ada yang berbentuk seperti kuda laut namun ukurannya sebesar gajah dan memiliki sayap merpati, ada yang berbentuk seperi ulang pyhton besar namun memiliki lima kaki kecil di masing-masing kanan-kiti tubuhnya. Ada juga hewan-hewan yang tidak pernah dijumpai oleh manusia di daratan bumi.  

Selain itu terdapat pancaran cahaya yang terpisah-pisah dan juga berkumpul, cahaya tersebut nampak seperti kumpulan galaksi di luar angkasa dengan cahaya dari berbagai macam warna. Sungguh pemandangan dari jendela ruangan tersebut tidak akan didapatkan di atas daratan bumi.

Langit-langit ruangan tersebut menampilkan suasana langit malam yang cerah lengkap dengan awan kelabu tipis dan juga bulan purnama yang biasanya dijumpai di daratan bumi, dibawahnya melayang mahluk seperti ubur-ubur yang memancarkan cahaya biru, namun anehnya ruangan itu tidak nampak gelap, melainkan terang benderang seakan cahaya dari langit-langit dan juga mahluk bercahaya tidak mempengaruhi sistem pencahayaan pada ruangan tersebut. 

Tembok ruangan itu juga berwarna kuning moccasin yang dihiasi ukiran-ukiran seperti bunga yang merambat pada setiap pojok dinding tersebut, pada beberapa dinding tergantung lemari kaca dari berbagai ukuran, setiap lemari tersebut menampilkan proyeksi cahaya indah dari berbagai macam benda cantik dan juga pemandangan, bahkan beberapa dari lemari yang pintunya terbuka, proyeksi itu masih berhubungan seakan pintu lemari tidak merusak keindahannya. 

Belum lagi lantai ruangan yang nampak seperti kepulan asap tipis dengan percikan seperti air, seakan-akan orang yang berjalan di dalam ruangan tersebut sedang berjalan diatas awan. 

Mynhemeni menolehkan kepalanya pada penjuru ruangan, ia tidak mendapati siapapun di sana, bahkan meja tamu persegi panjang yang terbuat dari batu yang sama dengan meja kerja pada runagan itu, dengan ukiran dan juga pancaran cahaya yang berbeda, lengkap dengan sofa panjang di setiap sisinya, tidak menunjukkan bahwa ada seseorang yang duduk di atasnya. 

Saat ia ingin melangkah menelusuri ruangan itu lebih jauh, tiba-tiba sepetak lantai berukuran dua meter persegi di sebelah kiri meja kerja Ketua Thungsiruv, memudar dan lenyap, kemudian dari bawah muncul naik ke atas seorang pria dengan penampilan fisik seperti seseorang yang sudah beranjak kepala lima, menggunakan jas berbentuk jubah berwarna merah gelap dengan pakaian putih di dalamnya. 

Matanya yang terlapisi iris merah kecoklatan dibalik bingkai besi segitiga menyiratkan rasa cemas ketika melihat Mynhemeni berdiri tegap di depan gerbang ruangannya, wajah putih yang diselimuti rambut putih di bawah dagunya tidak dapat menyembunyian rasa kekawatiran. Dengan langkah cepat ia menghampiri Mynhemeni sambil mengayunkan tangannya, mengisyaratkan agar Mynhemeni mendekatinya.

"Bagaimana? Sudah bisa dipastikan status anak tersebut?" tanyanya menyambut Myehemeni sambil mengajak gadis itu duduk di sofa panjang. 

"Negatif Ketua! Dia mengaku bahwa dia hanyalah anak remaja biasa, bahkan kami tidak dapat melesuri ingatannya lebih jauh Ketua, kami hanya mampu mengorek ingatan anak tersebut hingga saat ia hanyut, selebihnya nihil. Seakan otaknya menyadari bahwa ada penyusup yang menggeledah ruang ingatannya!" Thungsiruv memicingkan matanya cemas dan bingung dalam satu waktu kemudian melayankan kembali pertanyaan.

"Apa yang kamu lihat dari ingatan anak itu?"

"Anak itu melihat letnan yang sedang bertugas ketua!"

"Maksudnya?" tanyanya sambil membetulkan menyenderkan tubuhnya lebih dalam pada sofa terebut, sofa itu tiba-tiba bergerak seperti berusaha memeluknya. 

"Seperti yang ketua tahu, selama ini kita membantu manusia darat yang hanyut di lautan, mereka akan melihat kita dengan wujud yang mereka yakini, biasanya di wilayah tempat anak itu hanyut, manusia melihat wujud kita seperti wanita dengan pakaian berwarna hijau yang mereka sebut Nyai Roro Kidul. Namun pada anak ini, ia melihat kita jelas ketua, walaupun sedikit rabun namun kami yakin proyeksi yang ditampilkan pada penglihatan anak itu bukan proyeksi yang seharusnya. Coba ketua perhatikan!" kata Mynhemeni sambil mengedipkan matanya dua kali, lalu dari matanya keluar dua cahaya putih terbang menjauhinya kemudian dua cahaya putih tersebut tiba-tiba bertabrakan lalu muncul proyeksi ingatan Cakra akan kejadian saat ia hanyut. 

"Terlihat siluet Letnan Rihum lengkap dengan helem dan juga tongkat senjata patroli Ketua, lalu saat anak itu menghantam terumbu karang, seketika terumbu karang itu pecah Ketua!" jelas Mynhemeni takjub sekaligus takut dan ngeri atas apa yang ia saksikan dari proyeksi tersebut. 

"Sepertinya kita tidak punya pilihan lain ketua, anak itu bersikeras mengaku bahwa ia manusia biasa! Kita harus mengambil bagian tubuhnya agar dapat memastikan siapa anak itu Ketua!"

"Tidak! Sangat beresiko, kita tidak tahu apa yang dapat ditimbulkan begitu bagian tubuh anak itu masuk ke dalam proyektor DNA! Bisa saja tubuh itu justru mengakibatkan anomali dan kecurigaan kita benar bahwa anak itu berasal dari planet lain. Dan lebih menakutkannya lagi kalau-kalau anak tersebut berasal dari planet yang dulu menghancurkan planet kita. Jadi kita tidak boleh gegabah dan ambil resiko atas itu!" ucapnya tegas. 

"Tapi ketua?"

"Tidak ada tapi-tapian!" tiba-tiba suaranya meninggi.

"Kita harus menemukan jawaban dari anak itu! Jangan biarkan anak itu mati, dan jangan biarkan anak itu bebas! Dan pastikan jangan sampai berita mengenai anak itu terdengar oleh pusat!!" jelasnya, kemudian ia berdiri dan berjalan pelan memutari ruang kerjanya. 

Lalu melanjutkan perkatannya.

 "Selama ini kita sudah membiarkan mahluk seperti itu berada di daratan bumi. Terlebih anak itu ditemukan di wilayah kita. Walaupun ini bukan kesalahan kita tapi selama ini tugas kita adalah memastikan bumi dan isinya harus selalu aman dari planet lain. Tidak ada satupun mahluk dari planet lain yang dapat menginjakkan kaki di planet ini. Kalau Baginda Raja mengetahui tentang mahluk ini, kita semua pasti akan dihukum mati. Jadi jangan gegabah dan tetap pastikan kalian mendapatkan jawaban dari anak itu. Bagaimanapun caranya. Kita harus tahu dari mana dia berasal dan tujuannya datang ke planet ini! Jangan sampai kejadian berpuluh ribu tahun lalu terjadi lagi di Bumi!" serunya lalu berhenti tepat di depan gadis tersebut.

"Sekarang kamu kembali, lakukan apapun demi mendapatkan jawaban darinya. Dan jangan sekali-kali kalian berusaha mengambil bagian tubuhnya untuk menjalankan uji DNA," ucap sang ketua sembari melingkarkan kedua tangannya kebelakang dan berjalan menuju meja kerjanya. 

Mynhemeni segera berdiri, menundukkan badannya begitu sang ketua duduk di kursinya, lalu melangkah dengan langkah cepat keluar menuju dinding tempat ia masuk. 

Tak lama dinding itu kembali membuat lubang besar, dan memaparkan sekatan gelombang kembali, sekali lagi ia melangkah melewati gelombang yang akan membawanya keluar dari ruangan tersebut, namun ketika gelombang tersebut membelah tubuhnya sehingga sebagian tubuhnya berada di luar ruangan dan sebagian lainnya masih mengjejaki ruangan tiba-tiba langkahnya terhenti oleh suara peringatan yang tersiar ke seluruh penjuru gedung. 

"Apa itu?" tanya Thungsiruv kaget kemudian beranjak cepat dari tempat duduk meja kerjanya. 

Mynhemeni kembali memundurkan tubuhnya dan berbalik panik, ia kemudian mengetuk dadanya, tiba-tiba muncul proyeksi pria bertubuh besar dengan status analis tingkat tiga dihadapannya. 

Terlihat dari wajahnya yang nyaris tertutupi oleh rambut kriting nan tebal menyiratkan air muka yang memancarkan ketakutan, kepanikan, kecemasan dan juga ketidakyakinan.  

"Apa yang terjadi?" tanya Mynhemeni padanya sambil berjalan menuju Thungsiruv yang juga berjalan cepat ke arahnya. 

"Maaf Ketua!" katanya begitu proyeksi tubuhnya diapit oleh Mynhemeni dan Thungsiruv. 

"Anak remaja yang kita kurung di ruangan khusus tiba-tiba kabur," jelasnya tanpa berani memandang mereka.



Post a Comment

0 Comments