"Dan!" sekar tertegun saat Roni menepuk pundaknya.
Eh kenapa Ron?"
Malah bengong... Tumben? Udah kelar naskahnya?"
Astagaaa..." ia terkagetkan dengan naskah yang harus ia selesaikan hari ini. Tanpa sadar ia menjerit mengagetkan Roni.
Lu kenapa si?"
Belum gue kerjain... shit!"
Lho kok bisa? Mau gue edit soalnya... yaudah lu kerjain aja dulu gih, deadline-nya juga diundur kok!"
Heh kok bisa?"
Ada wawancara eksklusif sama President, Bu Michelle berhasil membujuk pihak istana, jadi program kita ga jadi tayang!"
Syukurlaaah..."
Emang dari tadi kamu ngapaen aja?"
Gapapa, cuman banyak pikiran aja!"
Arya?" Sekar tak dapat mengelak.
Yaudah sih, kenapa nggak kamu aja yang bilang suka ama dia?" ucap Roni sambil menarik kursi yang ada di sebelah meja kerja Sekar dan duduk di sampingnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih mengenai kisah Sekar dan Arya. Secara garis besar ia sudah paham persoalan hati Sekar, karena memang saat ini Sekar hanya mempunyai satu teman dekat, yaitu Roni.
Semua teman-teman masa sekolah, kuliah sudah hilang dari kehidupannya. Pada umumnya, manusia akan berada pada lingkungan baru sehingga menggantikan posisi manusia lain yang selama ini berada di dekat mereka.
Termasuk kehidupan Sekar yang sudah tidak terlalu erat pada kehidupan sosial, ia percaya bahwa manusia hanya terjalin karena kepentingan, saat kepentingan itu usai, selesai sudah titel pertemanan dalam diri mereka.
Roni kini sudah menatap tajam Sekar yang masih terdiam, kemudian Sekar memutar kursinya dan berhadapan dengannya.
Gengsi laah... lagian bukan itu masalahnya, udah tiga hari balas WA-ku seadanya, aku telpon di-reject trus, cuman bales WA doang bilang sorry lagi ribetlah, lagi meeting-lah, lagi nggak bisa diganggulah! Banyak banget alesannya! Kan jadi bikin nggak mood dan mikir macem-macem!"
Seriusan?"
Beneran, nih liat aja kalo nggak percaya!" saat Sekar hendak mengambil ponselya yang terbaring di samping laptop kerjanya, Roni menghentikan aksinya dengan ucapan yang monohok.
Bukan, maksudnya seriusan kamu jadi kaya gitu? Akhirnya kena karma juga ya!" ledek Roni tersenyum lebar.
Kurang ajar, sialan kamu!"
Becanda, ya positif thinking aja, siapa tau dia emang bener-bener sibuk!" ucap Roni berusaha menenangkan Sekar.
Saat Sekar ingin kembali menuangkan isi hatinya, tiba-tiba ponselnya bergetar, ia melirik sebentar dan langsung mengangkat panggilan masuk tersebut begitu nama Arya tertera di layar.
Hey, sorry yaa... kemarin-kemarin aku bener-bener lagi ribet banget, ini baru kelar urusannya. Kamu apa kabar?" kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari Arya dalam tiga hari ini sukses membuat Sekar senyam-senyum dan sedikit berjingkrak, membuat Roni geli menatapnya.
Sekar hanya mampu mengibaskan tangannya ke arah Roni, menyuruhnya untuk pergi dari hadapannya. Roni yang paham kemudian beranjak dan kembali pada meja kerjanya. Ia masih dapat mendengar suara Sekar, sesekali ia melihat tingkah Sekar seperti gadis yang baru saja dihubungi oleh pacarnya sekian lama.
Ia menatap geli melihat Sekar dapat beetingkah seperti itu. Untuk pertama kalinya Sekar bersikap genit manja, namun juga manis.
Aku biasa aja, ya gak ada spesial!" ucap Sekar berusaha menanggapi Arya senormal mungkin.
"Sukurlah... nanti malam kamu free kan?"
"Huum, kenapa mau ngajakin dinner?"
"Kok tau? Aku udah reservasi di Hotel Mairjaguar jam tujuh malam nanti, kamu bisa kan?" ia menyebutkan salah satu bintang lima yang terkenal dengan sajian makan malamnya.
"Serius? Kamu ngajakin aku dinner?"
"Iya, ya aku akui aku kangen ama kamu, dan merasa bersalah karena sudah menelantarkan kamu beberapa hari ini, makanya aku mau menebus kesalahanku dengan mengajak kamu dinner, kamu mau kan?"
"Hmmm.... gimana yaa..." Sekar pura-pura menimang tawaran Arya, padahal dalam benaknya sudah tersuguhkan adegan dirinya bersama Arya di restoran mewah itu.
"Please... untuk pertama kalinya aku minta kamu untuk bilang iya, please jangan ditolak, ya ya ya!" kali ini Sekar tersenyum membayangkan Arya yang berlutut memohon padanya.
"Hmmm.... okeh!"
"Yes! Tapi maaf aku nggak bisa jemput kamu, karena aku masih ada urusan sampai jam enam, takutnya mepet, soalnya kalo setengah jam nggak dateng, reservasinya otomatis ke-cancel. Kamu bisa berangkat duluan? Aku usahakan jam tujuh sudah sampai sana!"
"Yaudah, gapapa santai aja, jam tujuh kan? Atas nama siapa reservasinya?"
"Pake nama Sekar. gapapa kan?"
"Udah lama aku nggak pernah dengar nama itu, tapi gapapa!"
"Yaudah kalau begitu, ampe malam nanti ya, aku harus ketemu klien lagi. Kamu hati-hati ya nanti pulangnya, trus nanti ke sananya juga pake taksi aja ya!"
"Iya bawel, udah sana!"
"Iya, bye!"
"Bye!"
"Cieeee... yang mau dinner.... kayanya bakalan ada yang jadian nih!" goda Roni begitu Sekar mengakhiri panggilannya dengan Arya.
"Apaan sih... ya semoga aja!" Sekar tak dapat menahan rasa bahagianya. Ia sungguh tak dapat menunggu makan malam nanti.
Suasana di restoran malam itu tak menunjukkan akan hal-hal yang spesial menurut Sekar, saat pelayan mengantarkannya ke meja yang telah dipesan Arya, Ia tidak menemukan adanya lilin yang menyala, juga tidak menemukan buket bunga yang ditujukan khusus padanya.
Bahkan, restoran malam itu cenderung ramai, jauh dari apa yang ia harapkan. Ia pikir malam ini Arya sengaja mengajaknya untuk makan malam romantis berdua saja dengan cahaya temarang dari lilin yang menyala, sambil disuguhkan musik yang mungkin dimainkan langsung di depan mereka. Akan tetapi, kenyataannya sangat berbeda, mungkin ini yang dinamakan ekspektasi versus realita.
Ia hanya berusaha menghibur diri dengan duduk di atas bangku sambil membolak-balikan buku menu, paling tidak dengan melihat-lihat daftar makanan dapat membangkitkan suasana hatinya, lagipula mungkin Arya akan datang bersama satu buket bunga besar untuk memintanya menjadi pacarnya.
Ia tak kuasa untuk menahan senyum saat berhayal akan hal tersebut. Setelah membolak-balikan menu dan belum menemukan apa yang ingin ia makan malam itu, ia memutuskan meletakkan buku menu tersebut ke atas meja.
Setelah itu Sekar melihat jam bernuansa emas yang melingkar di pergelangan tangannya, jarum pendek baru menuju angka tujuh, sedangkan jarum panjang berada di angka sebelas, ia datang terlalu awal.
Ia merasa sedikit bodoh, serta malu dengan dirinya sendiri. Sebegitu tak sabarnya ia, menunggu momen yang sudah hampir dua bulan ia nantikan. Bahkan, untuk acara malam ini, ia berhias diri secara total.
Wajahnya yang biasanya hanya dibubuhi krim perawatan wajah dengan sedikit bedak, kini ia tambahkan foundation, tidak lupa pula disusul blush on dan highligter.
Area mata yang biasanya tidak terdapat apa-apa, kini ia bubuhi eyeshadow, tidak tertinggal ia pulaskan maskara agar bulu matanya lebih terlihat tebal dan lentik. Kemudian agar matanya terlihat lebih indah, ia aplikasikan eyeliner tipis membuat matanya yang besar semakin keras, terlihat kesan seksi dan cantik dalam satu waktu, persis seperti karakter yang diinginkannya.
Ia juga menebalkan alis panjangnya. Serta, untuk bibirnya yang bergelombang nan tebal ia hanya oleskan lip tint alih-alih lipstik, karena ia hanya ingin bibirnya terlihat natural, lagipula bibirnya memang sudah berwarna merah cerah.
Tidak hanya itu, ia juga mengenakan busana yang jarang ia pakai, mungkin hanya di acara tertentu saja, seperti pesta formal dan sesekali di pesta pernikahan.
Tubuhnya dibaluti A-Line Dress warna hitam pekat ukuran Tea-Length yang biasa disebut ukuran tanggung bagi masyarakatan Indonesia, dengan panjang sleeve* di atas siku, ditambah aksesori besi keemasan yang melingkat diantara perut dan dadanya.
Belum lagi rambut yang ia biarkan terurai di bagian atas, sedangkan di bagian bawah ia kepang besar dan diletakkan di depan dada kanannya. Memberikan kesan berantakan namun rapi dalam satu waktu.Juga, tidak lupa ia menggunakan sepatu Ankel Strap Shoe berwarna senada dengan tali emas yang mengikat di pergelangan kakinya.
Sungguh penampakannya malam ini sangat berbeda jauh dari penampilan Sekar sehari-hari yang biasa Arya lihat. Ia bahkan sadar bahwa beberapa pasang mata memperhatikannya sejak pertama kali ia melangkah memasuki area restoran, tak membuatnya salah tingkah justru membuatnya semakin percaya diri bahwa malam ini Arya akan jadi miliknya.
Sekar mengeluarkan ponsel dari tas wristlet kulit berwarna hitam dengan ornamen emas pada tali dan juga ritsleting. Ia lalu mengetik nama Arya berniat menghubunginya, namun ia urungkan, ia membuka aplikasi pesan teks, lalu membaca kembali pesan Arya yang ia terima tiga puluh menit lalu.
Kembali ia membaca pesan Arya yang betuliskan
From : Arya
Sorry, aku bakalan telat dikit, kamu kalau udah otw ydah hati2, tapi kalau belum, nanti aja gpp dari pada kamu nungguin aku lama.
Sayangnya, ia baru membaca pesan Arya saat taksi yang membawanya sudah berada di lobby hotel. Sekar hanya membalas sekedarnya untuk menenangkan Arya dan dirinya. Ia kemudian menimang untuk mengirim pesan teks kepada Arya, namun saat jarinya siap menari di atas layar kaca ponselnya, tiba-tiba ia mengurungkan niatnya.
Ia kini meletakkan ponselnya di atas meja dan mengambil kembali buku menu yang berada tak jauh dari ponselnya. Sesekali ia melirik ke arah pintu masuk saat membuka halaman buku menu, dan saat halaman ke tiga penampakan Arya yan berjalan tergesa-gesa terlihat di pantulan bola matanya.
Sekar tak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum, saat melihat Arya yang juga berpenampilan lebih rapi dari biasanya. Ia bahkan menggunakan jas. Kemudian Sekar mengalihkan pandangnnya ke tangan Arya, berharap pemuda itu sedang memegang seikat bunya, namun saat tangannya tidak membawa apa-apa ia sedikit kecewa. Tangan kanan Arya yang sedari tadi ia perhatikan kini berayun ke arahnya. Arya berlari kecil menuju meja yang telah di duduki Sekar.
"Kamu udah lama nunggu?" tanya Arya seraya mengatur napasnya saat ia berhasil mendaratkan tubuhnya ke kursi di hadapan Sekar.
"Enggak kok, cuman sepuluh menitan kayanya!"
"Sorrya yaa... tiba-tiba banyak urusan dadakan dari klien!" ucap Arya sambil mengambil buku menu, kemudian membukanya dan menyodorkannya ke Sekar.
"Kamu udah pesan?" hanya dijawab geleng Sekar, ia sedikit kecewa Arya tidak memperhatikan penampilannya. Ia bahkan berinisatif memainkan rambut dan kalungnya alih-alih mengambil buku menu.
"Hey... ada yang beda dari kamu!" akhirnya Arya menyadari penampilan Sekar.
"Kamu cantik banget Sekar malam ini!" puji Arya, tatapannya terlihat tulus memandang mata Sekar tajam. Sekar tersipu malu, kemudian mengambil buku menu yang sudah beberapa kali ia pegang untuk menutupi perasaan haru bahagia.
"Baru sadar aku cantik?"
"Enggak si, kamu emang cantik. Tapi baru kali ini kamu full make up! Jadi catiknya makin bersinar gitu," goda Arya semakin menjadi.
"Oh iya kamu harus cobain menu andalan dari restoran ini!" ucap Arya saat Sekar membolak-balikan buku menu, Arya mengira Sekar kebingungan harus memilih apa untuk makan malamnya.
"Sini..." Arya menarik buku menu tersebut lalu membolak-balikan halaman buku tersebut dan berhenti pada halaman yang ia tuju, kemudian mengembalikan buku menu tersebut ke Sekar.
"Ini...!" tunjukknya pada Norwegian Salmon.
"Juara deh!" tambahnya.
"Boleh deh aku mau itu, udah lama juga gak makan salmon," ucap Sekar.
"Trus kamu mau pesan apa?" tanya Sekar kembali menyodorkan buku menunya.
"Enggak aku nggak makan, aku cuman mampir sebentar, sebenarnya niatku ngajakin kamu dinner karena mau kenalin kamu ke temenku!" seketika Sekar terdiam, matanya terbebelalak tak percaya. Jantungnya tiba-tiba berdetak kecang, ia merasa bahwa sekelilingnya tiba-tiba berhawa panas.
"Maksud kamu!?"
"Begini, aku rencana mau jodohin kamu ama temenku, semoga aja kalian cocok, karena aku pikir kamu butuh seseorang biar hidupmu lebih teratur..." belum sempat kalimat Arya tuntas,
Sekar tiba-tiba beranjak. Berhasil memancing perhatian di dalam restoran itu untuk melihat ke arah meja mereka karena deritas bangku Sekar cukup nyaring berbunyi.
"Dan! Dani..." Arya langsung memegang tangan Sekar, namun ditepis kencang olehnya. Sekar menatap Arya tajam, ada rasa kebencian di dalamnya.
"Kalau kamu nggak suka gapapa, tapi paling nggak ketemu sebentar ama orangnya, aku..." kali ini ia kembali berhenti begitu melihat seorang pria tampak seusia mereka sedang berjalan menuju meja mereka.
"Tolong duduk sebentar, paling nggak sepuluh menit, kalau kalian nggak saling suka, yaudah gapapa, tapi aku harap kalian bisa menjalin hubungan! Karena aku yakin kalian bakalan cocok!" bujuk Arya sambil berusaha memapah Sekar kembali ke tempat duduknya.
Sekar hanya dapat memandang satu titik di atas meja dengan tatapan kosong, tersirat kesedihan dan kekecewaan di dalamnya. Tak lama pria tersebut sudah berdiri di hadapan mereka.
"Panji.... Panji Erlangga..." ucap pria tersebut sambil menyodorkan tangan kanannya ke hadapan Sekar.
Sekar tak bergeming, ia masih menatap satu titik di atas meja.
"Daan..." ucap Sekar pelan yang berhasil membuat Sekar mendongak, menatapnya kemudian beralih menatap Panji. Mata mereka bertemu, beberapa selang kemudian Sekar ikut mengulurkan tangannya, menyambut tangan Panji.
"Dani, Sekar Diajeng Wardani!" ucapnya ketus lalu menarik tangannya, lalu kemudian menatap Arya sini. Arya hanya tersenyum sambil mengisyarakatkan untuk Sekar bersikap tenang.
"Aku tinggal ya, kalian santai aja..." ucap Arya kemudian berlalu meninggalkan Panji yang langsung terhipnotis akan pesona Sekar, serta meninggalkan Sekar dengan perasaan yang campur aduk.
Ia benar-benar ingin beranjak dari sana, namun tingkah mereka sudah cukup menarik perhatian orang di dalam restoran tersebut, ia berencana akan duduk bersama orang asing ini tidak lebih dari sepuluh menit.
0 Comments